Hikmah Jum’at : 7 Indikator Kebahagiaan Menurut Ibnu Abbas

Share

Facebook
WhatsApp
Telegram

Thariq.sch.id- Setiap manusia pasti ingin hidup bahagia. Kebanyakan orang menilai bahwa kebahagiaan itu ketika memiliki harta yang berlimpah, kendaraan mewah, rumah yang megah, atau parameter kebahagiaan lainnya yang bersifat materi. Hal ini tentu sah-sah saja untuk dijadikan target yang akan dicapai asalkan dengan cara-cara yang halal, bersih, dan sesuai dengan tuntunan Allah Swt dan Rasul-Nya. Karena Allah Swt juga tidak melarangnya, bahkan Allah Swt menganjurkan hamba-Nya untuk senantiasa menginfakkan hartanya di jalan Allah Swt. Bagaimana mungkin seorang hamba akan menginfakkan hartanya jika dia tidak memiliki kekayaan ?

Allah Swt mencintai hambanya yang bertakwa, kuat, kaya, dan tersembunyi sebagaimana hadis Nabi SAW :

عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ، الْغَنِيَّ، الْخَفِيَّ

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash RA, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertakwa, yang kaya dan tersembunyi (tidak dilihat oleh banyak orang).” (HR Muslim) 

Namun ternyata menurut Ibnu Abbas, indikator kebahagiaan bukan hanya semata-mata parameter materi seperti yang diuraikan diatas. Berikut adalah 7 Indikator kebahagiaan menurut Ibnu Abbas ra :

1. Hati yang bersyukur (Qalbun Syakirun)

Bersyukur berarti menampakkan nikmat. Hal ini berbeda dengan pamer. Menampakkan nikmat berawal dari kesadaran bahwa nikmat tersebut berasal dari Allah Swt sehingga mendorong lisannya untuk senantiasa memuji Allah Swt dan dilanjutkan dengan menggunakan nikmat tersebut di jalan Allah Swt. Syukur juga berarti mengambil sedikit untuk mendapatkan yang banyak sebagaimana firman Allah Swt :

 وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ۝٧

Artinya : (Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”

2. Istri Shalehah (Azwaju Shalihah)

Ibnu Abbas menjadikan Istri shalehah sebagai salah satu dari 7 indikator kebahagiaan. Sebagaimana hadis Nabi Saw :

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salehah.” (HR. Muslim, no. 1467)

Allah Swt sangat memuliakan perempuan. Hal ini tercermin dari beberapa surat dalam Al-Qur’an yang terkait dengan perempuan yaitu surat Maryam, An-Nisaa.

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

3. Anak-anak yang Sholeh (Awladul Abrar)

Dalam islam, anak sholeh merupakan indikator kebahagiaan. Disamping itu, anak sholeh juga investasi bagi kedua orangtuanya. Tidak hanya investasi di dunia namun juga di yaumil akhir. Namun tidak semua anak akan menjadi investasi bagi kedua orangtuanya. Dalam Al-Qur’an, Allah Swt berfirman anak-anak bisa menjadi penyejuk mata, perhiasan, cobaan(fitnah), bahkan musuh bagi oarngtuanya.

a. Anak sebagai penyejuk mata

رَبَّنا هَبْ لَنا مِنْ أَزْواجِنا وَذُرِّيَّاتِنا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنا لِلْمُتَّقِينَ إِماماً

Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS al-Furqan [25]: 74)

b. Anak sebagai perhiasan dunia. Hal itu sebagaimana yang diungkap ayat berikut:

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan,” (QS. Al-Kahfi [18]: 46).

c. Anak sebagai fitnah atau ujian, sebagaimana yang diungkap dalam ayat

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. At-Taghabun [64]: 15).  

d. Anak menjadi musuh. Hal itu diungkap dalam ayat berikut.

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْواجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun [64]: 14).

4. Tetangga yang baik

Ibnu Abbas juga memasukkan tetangga yang baik menjadi Indikator kebahagiaan. Dengan tetangga yang baik maka hidup seorang muslim akan damai. Sebaliknya, jika seorang muslim hidup di lingkungan yang didalamnya tumbuh subur fitnah, ghibah, dan tetangga yang senang mengadu domba tentu hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi kondisi psikologis yang akhirnya akan berdampak pada kesehatan fisik.

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً

Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

5. Harta yang Halal

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa seorang muslim dianjurkan untuk memiliki kekayaan agar dapat menggunakan hartanya di jalan Allah Swt. Namun tentunya harta yang diperoleh wajib secara baik dan halal. Harta yang diperoleh dengan halal akan membawa ketenangan dan keberkahan.

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ ، وَإِنَّ نَبِىَّ اللَّهِ دَاوُدَ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

Tidaklah seseorang memakan suatu makanan yang lebih baik dari makanan yang ia makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Karena Nabi Daud ‘alaihis salam dahulu juga makan dari hasil kerja keras tangannya.” (HR. Bukhari, no. 2072, dari Al-Miqdam)

6. Memahami Agama

Pahamnya seorang muslim terhadap agamanya termasuk salah satu indikator kebahagiaan. Barangsiapa dikehendaki Allah Swt kebaikan maka akan dipahamkan tentang agama. Semakin paham seorang muslim dengan agamanya, maka semakin cinta mengamalkan kebaikan. Ilmu adalah pintu segala kebaikan.

7. Umur dan waktu yang barokah

Bagi seorang muslim, tiap satuan waktu sangat bermakna. Ia tidak akan melewatkan begitu saja tanpa amal kebaikan. Disinilah letak bedanya panjang umur dengan berkah umur. Seseorang yang panjang umur belum tentu berkah umurnya. Hadis Nabi Saw :

يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ : مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ

Artinya: “Wahai Rasulullah, siapakah sebaik-baik manusia?” Beliau menjawab: “Orang yang panjang umurnya dan baik amalannya.”(HR: Tirmidzi)   

Sumber : (alm) Ust. M. Ma’mun Salman, M.Pd.I (Guru Al-Qur’an LPIT TBZ)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1000 siswa baru telah terdaftar !