Jauh Sebelum Sumpah Pemuda: 5 Organisasi Perintis yang Menyalakan Api Pergerakan

Share

Facebook
WhatsApp
Telegram

Thariq.sch.id-Tanggal 28 Oktober kembali mengingatkan bangsa Indonesia pada sebuah momen fundamental dalam sejarah pergerakan kemerdekaan: Sumpah Pemuda. Pada hari itu, para pemuda dari berbagai latar belakang suku, agama, ras, adat istiadat, dan bahasa menanggalkan perbedaan mereka. Mereka berikrar untuk menyatakan diri sebagai satu tumpah darah, tanah air Indonesia; berbangsa satu, bangsa Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

Meskipun ikrar bersejarah ini dibacakan pada Kongres Pemuda II di gedung Indonesische Clubgebouw (kini Museum Sumpah Pemuda, Jakarta Pusat), semangat persatuan dan pergerakan tidak lahir dalam semalam. Jauh sebelum tahun 1928, api kesadaran nasional telah dinyalakan oleh berbagai organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan.

Berikut adalah lima organisasi pergerakan nasional yang lahir sebelum Sumpah Pemuda, yang menjadi fondasi penting bagi persatuan Indonesia, di mana beberapa di antaranya bahkan masih eksis hingga hari ini.

1. Budi Utomo (1908)

Organisasi Budi Utomo

Budi Utomo, yang didirikan pada 20 Mei 1908, sering dianggap sebagai penanda dimulainya era pergerakan nasional. Organisasi ini lahir dari keprihatinan atas kondisi masyarakat yang terpuruk akibat dampak Kebijakan Politik Etis Belanda. Meskipun pendidikan mulai terbuka bagi pribumi, keterbatasan dana menjadi penghalang utama.

Melihat kondisi ini, dr. Wahidin Soedirohusodo berinisiatif menggalang dana melalui propaganda. Perjuangan dr. Wahidin inilah yang menginspirasi dr. Sutomo dan kawan-kawannya di STOVIA (sekolah kedokteran) untuk mendirikan Budi Utomo. Pada awalnya, organisasi ini berfokus pada isu sosial, ekonomi, dan kebudayaan, serta memilih untuk tidak terlibat dalam politik praktis.

2. Sarekat Islam (1905)

Organisasi Sarekat Islam

Cikal bakal Sarekat Islam (SI) adalah Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh K.H. Samanhudi, seorang pengusaha batik terkemuka dari Surakarta, pada tahun 1905. Tujuan awalnya sangat bersifat ekonomis, yakni untuk memperkuat solidaritas di antara pedagang pribumi agar mampu bersaing dengan pedagang asing.

Pada tahun 1912, di bawah kepemimpinan H.O.S. Tjokroaminoto, organisasi ini bertransformasi menjadi Sarekat Islam. Keanggotaannya diperluas untuk mencakup semua masyarakat beragama Islam dan fokusnya melebar pada isu-isu keagamaan. Di bawah kepemimpinan H.O.S. Tjokroaminoto, SI berkembang pesat menjadi gerakan nasionalis yang vokal memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan memajukan ekonomi berbasis Islam.

3. Indische Partij (1912)

Organisasi Indische Partij

Didirikan di Bandung pada 25 Desember 1912, Indische Partij (IP) dikenal karena didirikan oleh “Tiga Serangkai”: Ernest Eugene Francois Douwes Dekker (Dr. Danudirja Setiabudi), dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara).

Berbeda dengan organisasi lain pada masanya, Indische Partij secara tegas memiliki tujuan politik: Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda. Keunikan IP terletak pada sifatnya yang campuran, di mana anggotanya terdiri dari pribumi maupun orang asing (Indo-Belanda) yang pro-kemerdekaan. Organisasi ini lantang menyuarakan kesetaraan dan kebebasan. Karena prinsipnya yang radikal dan menentang pemerintahan kolonial, Indische Partij berumur pendek. Pada 4 Maret 1913, organisasi ini resmi ditutup dan dinyatakan terlarang oleh Belanda.

4. Muhammadiyah (1912)

Organisasi Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah organisasi pergerakan nasional berbasis keagamaan yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November 1912. Organisasi ini lahir sebagai tanggapan atas saran Budi Utomo agar ada pihak yang memberikan pelajaran agama kepada anggotanya, menjadikan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang modern.

Muhammadiyah memilih jalur pendidikan dan sosial dalam memperjuangkan kemajuan bangsa. Organisasi ini mendirikan berbagai fasilitas seperti sekolah agama, panti asuhan, panti jompo, dan rumah sakit. Meskipun tidak terlibat politik langsung, peran ini sangat penting dalam meningkatkan pendidikan masyarakat dan mempersiapkan perlawanan terhadap dominasi asing.

Hingga saat ini, Muhammadiyah masih tetap eksis dengan 5.354 sekolah (SD-SMA), 4.623 TK, 172 Perguruan Tinggi, dan sekitar 150 rumah sakit di seluruh Indonesia. Menurut Seasia Stat, Muhammadiyah bahkan menjadi organisasi terkaya ke-4 di dunia dengan total aset mencapai 454,24 Triliun rupiah.

5. Nahdlatul Ulama (NU) (1926)

Organisasi Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama (NU) lahir pada 31 Januari 1926 sebagai perwakilan ulama tradisionalis yang mendapat bimbingan ideologis dari Ahlus Sunnah wal jamaah. Tokoh-tokoh sentral pendirinya antara lain K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Wahab Hasbullah.

Selain bergerak di bidang keagamaan dan sosial, NU juga secara aktif terlibat dalam perjuangan fisik melawan kolonial Belanda. Pada tahun 1945, NU menganggap bahwa perang melawan penjajah adalah perang suci (jihad) dan wajib bagi seluruh umat Muslim. Saat ini, NU menempatkan diri sebagai organisasi Islam terbesar di dunia dengan jumlah anggota mencapai 108 juta orang (data 2019).

Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 bukanlah sebuah awal, melainkan sebuah kulminasi. Ia adalah puncak dari gelombang kesadaran yang telah dibangun bertahun-tahun sebelumnya oleh para perintis di Budi Utomo, Sarekat Islam, Indische Partij, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama. Mereka semua, dengan cara dan fokusnya masing-masing, telah menanam benih-benih persatuan yang akhirnya mekar menjadi ikrar bersama untuk Indonesia. (PR Digital LPIT TBZ)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1000 siswa baru telah terdaftar !