Thariq.sch.id- Ada sebuah ungkapan Bahasa Arab yang indah :
كُلَّمَا كَبُرْنَا أَدْرَكْنَا أَنَّ الْإِسْلاَمَ لَا يُقَيِّـدُنَا بَلْ يَحْمِيْنَا
“Semakin kita dewasa, semakin kita menyadari bahwa Islam tidak membatasi kita, melainkan melindungi kita.”
Sebuah kisah nyata dari perjalan dakwah Rasulullah Saw, yaitu saat dakwah ke sebuah daerah yang jaraknya kurang lebih 60 Mil, Nabi Muhammad Saw melakukan perjalanan bersama anak angkatnya Zaid bin Haritsah menuju sebuah daerah yang belum disinggahinya untuk berdakwah, yaitu Thaif pada tahun ke 11 kenabian. Thaif adalah kota yang dikenal subur dan makmur diluar Mekah. Saat intimidasi dan provokasi bahkan pengniyaaan kepada kamum Muslimin di Mekah semakin berat, Rasulullah Saw berusaha mencari daerah yang ada potensi untuk dakwah Islam, dan tujuannya adalah ke daerah
Thaif dengan harapan kepala suku dan Masyarakatnya akan menerima dakwah Islam. Namun, sambutan Thaif sangat jauh dari harapan.
Langkah pertama Rasulullah Saw dan Zaid bin Haritsah adalah menemui para tokoh Thaif saat itu, yaitu Abdul Ya Lail, Mas’ud, dan Habib, namun para pemuka kota tidak hanya menolak, tetapi juga mengumpat kepada Rasulullah, suatu cobaan yang begitu berat. Saat Rasulullah mendakwahi 3 kepala suku itu mereka menolak dan menghina Rasulullah.
- Abdul Ya Lail berkata : Demi Allah aku tidak akan beriman kepadamu walaupun dinding Ka’bah runtuh (takut kerajaannya di rebut)
- Mas’ud berkata : Demi Allah aku tidak akan lagi berbiacara kepadamu, syaa tidak mau dengar lagi perkataanmu.
- Habib berkata : Bila engkau Nabi maka sungguh berbahaya aku berbicara denganmu, karena kerajaanku bisa kau rebut, dan apabila engkau bukan Nabi maka sungguh hina dirimu berbicara dengan ku.
Dan mereka bertiga menghasut suku-sukunya untuk melempari beliau dengan batu hingga berdarah. Rasulullah terusir dalam keadaan tubuh luka dan hati yang sedih. Bahkan malaikat penjaga gunung dan malaikat Jibril datang menawarkan untuk menghancurkan kota itu dengan 2 bukit, tapi beliau menolak dan berkata: Aku di utus Allah bukan untuk menghancurkan tapi untuk membawa Rahmat keseluruh alam semesta (Rahmatan lil ‘alamin). Dan karena mereka
kaum yang tidak tahu. Dan beliau berkata lagi : “Aku berharap dari keturunan mereka (penduduk Thaif) akan lahir orang-orang yang menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya.
Lalu Rasulullah Saw berdoa :
اللّهُمّ إلَيْك أَشْكُو ضَعْفَ قُوّتِي ، وَقِلّةَ حِيلَتِي ، وَهَوَانِي عَلَى النّاسِ، يَا أَرْحَمَ الرّاحِمِينَ ! أَنْتَ رَبّ الْمُسْتَضْعَفِينَ وَأَنْتَ رَبّي ، إلَى مَنْ تَكِلُنِي ؟ إلَى بَعِيدٍ يَتَجَهّمُنِي ؟ أَمْ إلَى عَدُوّ مَلّكْتَهُ أَمْرِي ؟ إنْ لَمْ يَكُنْ بِك عَلَيّ غَضَبٌ فَلَا أُبَالِي ، وَلَكِنّ عَافِيَتَك هِيَ أَوْسَعُ لِي ، أَعُوذُ بِنُورِ وَجْهِك الّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظّلُمَاتُ وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ أَنْ تُنْزِلَ بِي غَضَبَك أَوْ يَحِلّ عَلَيّ سُخْطُكَ، لَك الْعُتْبَى حَتّى تَرْضَى وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوّةَ إلّا بِ
Ketulusan doa dan kesabaran Rasulullah dalam berdakwah inilah yang perlu kita ikuti dan teladani dalam kehidupan kita saat ini. Penolakan yang Menjadi Penantian. Setelah peristiwa itu, Thaif tetap dalam kekufuran selama bertahun-tahun. Bahkan mereka sempat bergabung dalam barisan musuh saat Perang Hunain. Namun setelah kekalahan mereka dalam pertempuran itu dan pengepungan oleh pasukan Muslim, penduduk Thaif mulai menyerah. Tapi mereka tetap menolak masuk Islam saat itu. Rasulullah pun meninggalkan mereka tanpa membinasakan atau mempermalukan. Di balik itu, beliau sedang menanam kesabaran yang akan berbunga di waktu yang tepat. Islam tidak dipaksakan, tapi dibiarkan meresap perlahan.
Titik balik Thaif memilih Islam. Beberapa waktu kemudian, utusan dari Thaif datang sendiri ke Madinah. Mereka, yang dulu melempari Nabi, kini datang dengan pakaian hormat, mendengar, dan belajar. Mereka meminta syarat agar bisa masuk Islam secara bertahap, memohon agar berhala patung sesembahan mereka tidak langsung dihancurkan.
Disaat yang tepat, Sejarah menorehkan betapa tegasnya Rasulullah terhadap masalah akidah, beliau dengan tegas menolak kompromi dalam tauhid, dan akhirnya mereka pun menerima Islam dengan ikhlas. Yang dulu keras, kini luluh. Yang dulu menolak, kini ridha. Masyarakat Thaif akhirnya terbuka bukan karena tekanan, tapi karena kesabaran dan kasih sayang Islam.
Baca :Hikmah Jum’at : Pelajaran Abadi Yang Menakjubkan (Bagian 3)
Thaif berubah menjadi salah satu kota penting dalam sejarah Islam. Dari sana lahir ulama, mujahid, dan para penjaga benteng Islam. Kota yang dulu melempari Rasulullah dengan batu kini memeluk ajarannya dengan cinta. Inilah gambaran nyata dari kalimat: Kesabaran dan kasih sayang Islam.
Ditulis oleh : Sahri Romadhon, Lc (Guru SDIT TBZ Jatimulya)




