Thariq.sch.id- Dari syahdunya acara Haflah Al-Qur’an SMPIT TBZ, yang diselenggarakan pada Rabu, (28/05/2025), peserta yang hadir dibuat terhenyak sekaligus haru. Betapa tidak, di tengah gempuran derasnya pengaruh media sosial, muncul kisah nyata yang menyentuh hati dan menggugah semangat. Salah satu siswa kelas 9 SMPIT TBZ yang bernama Syafi’i Aulia Rahman berhasil hafal 30 juz Al-Qur’an dalam waktu tiga tahun. Bukan di lingkungan pesantren, tetapi dari rumah, di sekolah, dan di komunitasnya yang sederhana.
Kisah ini bukan sekadar prestasi menghafal, tapi sebuah perjalanan spiritual dan pendidikan yang sarat makna. Hal ini menunjukkan bahwa cinta pada Al-Qur’an bisa tumbuh di mana saja, selama ada kesungguhan, doa, dan bimbingan.
Tirakat Orang Tua: Pondasi Spiritual yang Kokoh
Di balik keberhasilan Syafi’i, ada tirakat luar biasa dari kedua orang tuanya. Mereka punya cita-cita besar, bahkan sejak putranya masih dalam kandungan. Sang bunda bercita-cita agar putranya hafal 30 juz Al-Qur’an, sampai akhirnya memilih Thariq Bin Ziyad sebagai tempat untuk menempa sang putra. Cita-cita yang dikuatkan dengan pondasi spiritual yang kokoh. Mereka senantiasa bangun pukul satu dini hari, menegakkan sholat taubat, tahajud, dan berdoa dengan penuh harap agar anaknya tumbuh menjadi pecinta dan penjaga Al-Qur’an.
Ayah dan bunda yang selalu istiqamah menjalani puasa sunnah, telah menjadi sosok pendidik sejati di rumah. Mereka menanamkan nilai kedisiplinan, akhlak, dan tanggung jawab. Rumah Syafi’i yang mungkin biasa secara fisik, telah berubah menjadi “pesantren hati”, tempat Al-Qur’an dijadikan pusat kehidupan dan akhlak menjadi tiangnya. Kedua orang tuanya bukan hanya mendidik lewat kata-kata, tapi memberi teladan nyata dalam ibadah dan laku hidup.
Kesungguhan dan Disiplin Syafi’i adalah Kuncinya
Tak semua bisa dicapai hanya dari doa. Syafi’i sendiri menunjukkan kesungguhan luar biasa sebagai remaja untuk dapat menghafal 30 juz Al-Qur’an. Dalam tiga tahun, ia menyusun satu demi satu hafalan, menghadapi tantangan, melawan rasa jenuh, dan terus melaju dengan semangat yang konsisten.
Ketika remaja seusianya lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya, Syafi’i memilih mengikat hatinya dengan Al-Qur’an. Ia bukan hanya menghafal, tapi juga berusaha memahami, mengulang, dan memperbaiki. Ia menempatkan Al-Qur’an bukan sebagai beban, tapi sebagai sahabat setia yang menemaninya menapaki masa remaja.
Ini menunjukkan bahwa kesuksesan bukan hanya hasil doa orang tua, tapi juga tekad pribadi untuk berubah dan tumbuh. Syafi’i telah menunjukkan bahwa seorang remaja mampu mencapai prestasi spiritual besar jika ia mau bersungguh-sungguh.
Guru dan Pembimbing di Sekolah: Lentera dalam Perjalanan Syafi’i
Tak kalah penting, ada kontribusi besar dari guru-guru dan pembimbing (mentor) Syafi’i di sekolah. Mereka bukan hanya pengajar, tapi juga memberikan motivasi, dukungan, dan ruang bagi Syafi’i untuk berkembang.
Pembimbing dengan sabar membimbing hafalan, memperbaiki bacaan, dan memberi dorongan moral saat Syafi’i menghadapi kelelahan. Mereka menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung tumbuhnya cinta kepada Al-Qur’an, dan ikut serta dalam menjaga semangat Syafi’i tetap menyala.
Peran guru dan mentor ini, adalah jembatan antara rumah dan masyarakat penguat karakter dan pembimbing jalan ilmu. Tanpa mereka, perjalanan Syafi’i mungkin tidak akan selurus dan sekuat ini.
Mewarisi Semangat Imam Syafi’i
Nama “Syafi’i” tentu bukan sembarang nama. Ia membawa warisan besar mengingatkan kita pada Imam Syafi’i, ulama besar yang dikenal karena kecerdasannya, ketekunannya dalam belajar, serta kekuatannya dalam hafalan dan argumentasi.
Hari ini, remaja bernama Syafi’i telah menunjukkan bahwa nama besar itu mulai ia jalani, bukan sekadar sebagai identitas, tetapi sebagai inspirasi hidup. Semoga kelak ia tumbuh menjadi ulama, intelektual, dan pemimpin yang mencintai ilmu dan membumikan ajaran Islam dengan kasih sayang dan hikmah
Kisah Syafi’i adalah bukti nyata bahwa rumah bisa menjadi pesantren terbaik, ketika orang tua bertindak sebagai mursyid (pembimbing), anak memiliki kemauan kuat, dan para guru hadir sebagai penyemai dan penjaga jalan.
Ini adalah kisah yang seharusnya menjadi inspirasi kita semua bahwa kesuksesan dunia dan akhirat dapat dibangun dari dalam rumah dengan fondasi spiritual, semangat pribadi, dan dukungan komunitas pendidikan.
Baca juga : Menjelang Akhir Tahun 2023, 40 Peserta Didik SMPIT TBZ Lulus Sertifikasi Al-Qur’an
Baca juga : Thariq Student Outbond (TSO) 2025 SMPIT TBZ : Kreatif Dan Kolaboratif
Semoga Allah menjaga Syafi’i, menjadikannya anak yang berbakti, alim dalam ilmu, dan menjadi generasi pewaris Al-Qur’an yang memancarkan cahaya di tengah umat. Aamiin.
Ditulis oleh : S.M Candra Christina, S.Pd (Guru SMPIT Thariq Bin Ziyad)




